Wisata dan Budaya Flores
Flores adalah pulau besar yang
indah sekaligus menakjubkan. Sedikit orang yang tahu bahwa nama asli pulau ini
adalah Nusa Nipa (Pulau Ular). Terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur Flores merupakan pulau
yang panjang seluas 14.300 km² dan menyimpan rahasia terbaik dunia, menunggu
siapapun untuk datang dan menjelajahinya.
Portugis yang mengawali penyebutan Flores, yaitu
dari kata Cabo de Flores yang artinya Tanjung Bunga. Penamaan Flores telah ada
selama empat abad yang lalu, bahkan berikutnya Pemerintah Hindia Belanda enggan
mengubahnya dan bertahan hingga saat ini.
Flores merupakan rangkaian dari cincin gunung api
di Nusantara dan secara geologis tidak stabil dimana hampir setiap tahun
terjadi gempa. Oleh karena itu, Flores adalah salah satu wilayah di Indonesia
yang rawan gempa dan hanya dapat ditandingi oleh Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
Akan tetapi, di balik geografisnya yang menjadi bagian dari rangkaian gunung
api, Flores menyembunyikan keindahannya.
Gunung api berderet terbentang di pulau sepanjang
450 km ini menciptakan bukit-bukit yang membentuk huruf V. Permukaan tanah
membumbung berujung tajam memamerkan kemegahan bukit dan kaki gunung dimana di
sanalah berdiam berbagai kelompok suku (ama).
Warisan budaya dari zaman batu suku di Flores akan mencengangkan siapapun yang
datang.
Pulau Komodo terletak antara pulau Sumbawa
dan flores yang dihuni lebih dari 4000 penduduk dan merupakan bagian dari TNK
(taman nasional komodo).di TNK terdapat spesies langka dan paling unik di dunia
yakni Komodo(varanus komodoensis).Komodo adalah spesies langka yang hampir
punah, hanya dapat Anda temukan di Taman Nasional Komodo. Karena keunikan dan
kelangkaannya, Taman Nasional Komodo dinyatakan sebagai a World Heritage Site
dan Man and Biosphere Reserve oleh UNESCO tahun 1986. Pertama kali ditemukan dunia
ilmiah tahun 1911 oleh JKH Van Steyn. Sejak saat itu kemudian memperluas tujuan
konservasinya juga untuk melindungi seluruh keanekaragaman hayati, baik laut
dan darat. Taman ini mencakup 3 pulau utama yaitu Pulau Komodo, Rinca, dan
Padar, banyak juga pulau-pulau kecil lainnya yang jika dijumlahkan memiliki
luas tanah 603 km². Total luas Taman Nasional Komodo saat ini adalah 1.817 km².
Diperluas hingga 25 km² (Pulau Banta) dan 479 km² perairan laut akan
menghasilkan total luas hingga 2.321 km². Setidaknya 2500 ekor komodo hidup di
wilayah ini. Komodo berukuran besar biasanya memiliki panjang 3 m dan berat 90
kg. Habitat komodo adalah alam terbuka dengan padang rumput savanna, hutan
hujan, pantai berpasir putih, batu karang, dan pantai yang airnya jernih. Di
kawasan ini, Anda juga dapat menemukan kuda, banteng liar, rusa, babi hutan
jantan, ular, kera, dan berbagai jenis burung.saat ini Komodo menjadi salah
satu daerah tujuan wisata yang paling marak di kunjungi oleh wisatawan,baik
asing maupun domestic sejak masuk menjadi salah salah satu dari 7 keajaiban
dunia.
2. Caci
3. Kelimutu
Kelimutu merupakan gabungan kata keli yang berarti gunung dan mutu yang berarti mendidih itu merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di Pulau Flores,.Bagi Anda yang sempat berkunjung ke Flores, kunjungan Anda ke Flores di NTT belum lengkap bila belum sempat mampir ke Danau Kelimutu yang terletak di Gunung Kelimutu. Danau ini menyuguhkan pemandangan danau 3 warna yang pada waktu waktu tertentu warnanya dapat berubah.
Danau Kelimutu ditemukan oleh Van
Suchtelen, pegawai Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915. Danau ini mulai
dikenal setelah Romo Bouman menerbitkan artikel mengenai Danau Kelimutu.Danau
vulkanik itu dianggap ajaib atau misterius, karena warna ketiga danau tersebut
berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.Awalnya Danau Kelimutu dikenal
memiliki tiga warna, yakni merah, putih dan biru, dibeberapa dokumen yang ada,
danau yang sekarang berwarna hitam, dulu sebelum tahun 1970 berwarna merah,
seperti terlihat pada lembaran uang kertas RI harga Rp 5.000 yang lama.
Penduduk setempat meyakini bahwa perubahan warna ketiga danau tersebut menunjukkan gejala alam yang akan timbul seperti gunung berapi meletus, adanya longsor, musibah alam lainnya atau musibah lainnya. Untuk menapaki puncak Kalimutu, ada beberapa pilihan untuk mencapai puncak Kelimutu, yakni dengan berjalan kaki, naik kuda, menyewa motor dan menyewa mobil. Bagi yang mau berkunjung Waktu yang terbaik untuk berkunjung ke Gunung Kelimutu : Juli-September.
Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende
Di Kaupaten Ende selain danau kelimutu yang indah ada juga Rumah Pengasingan Bung Karno terletak di Jalan Perwira, Kota Ende yang secara kasat mata kelihatan seperti layaknya permukiman penduduk, yang membedakan dari rumah penduduk lainnya adalah sebuah papan nama bertuliskan “Situs, Bekas Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende” terpampang di halaman depan. Di rumah berukuran 12 x 9 meter ini, mantan Presiden Republik Indonesia yang pertama Soekarno (Bung Karno) menjalani masa pengasingan oleh Kolonial Belanda selama empat tahun (1934-1938).
Penduduk setempat meyakini bahwa perubahan warna ketiga danau tersebut menunjukkan gejala alam yang akan timbul seperti gunung berapi meletus, adanya longsor, musibah alam lainnya atau musibah lainnya. Untuk menapaki puncak Kalimutu, ada beberapa pilihan untuk mencapai puncak Kelimutu, yakni dengan berjalan kaki, naik kuda, menyewa motor dan menyewa mobil. Bagi yang mau berkunjung Waktu yang terbaik untuk berkunjung ke Gunung Kelimutu : Juli-September.
Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende
Di Kaupaten Ende selain danau kelimutu yang indah ada juga Rumah Pengasingan Bung Karno terletak di Jalan Perwira, Kota Ende yang secara kasat mata kelihatan seperti layaknya permukiman penduduk, yang membedakan dari rumah penduduk lainnya adalah sebuah papan nama bertuliskan “Situs, Bekas Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende” terpampang di halaman depan. Di rumah berukuran 12 x 9 meter ini, mantan Presiden Republik Indonesia yang pertama Soekarno (Bung Karno) menjalani masa pengasingan oleh Kolonial Belanda selama empat tahun (1934-1938).
4. Tujuh Belas Pulau Riung.
Taman
Wisata Alam Tujuh Belas Pulau Riung merupakan gugusan pulau-pulau besar dan
kecil, dengan jumlah 17 Pulau, yaitu Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau Ontoloe
(terbesar), Pulau Dua, Pulau Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima
(Pulau Nani), Pulau Patta, Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa (Pulau Tampa
atau Pulau Tembang), Pulau Tiga (Pulau Panjang), Pulau Tembaga, Pulau Taor,
Pulau Sui dan Pulau Wire. Keseluruh pulau tersebut tidak dihuni oleh manusia.
Taman Wisata Alam Riung yang terletak di pantai utara Pulau Flores memiliki
potensi yang sangat besar sebagai sebuah objek wisata. Disetiap pulau tersebut
mempunyai keunikan dan keindahan alami
tersendiri, baik di darat maupun di perairan di sekitar pulau. Dan hingga saat
ini Riung masih sangat alami tanpa banyak
fasilitas-fasilitas buatan penunjang pariwisata. Oleh sebab itu,
wisatawan atau para tamu banyak berminat
berkunjung ke Riung.
5. Tinju Tradisional
"Etu"
adalah sebuah ritual adu jotos yang selalu dilaksanakan setiap tahun oleh suku
Nagekeo di Kabupaten Nagekeo-Flores NTT. Biasanya, tinju adat ini dilangsungkan
ketika menyambut musim panen. Etu hanya bisa diikuti oleh kaum lelaki
dewasa.layaknya pertarungan tinju yang sering kita tonton, etu di gelar dalam
sebuah ring dengan ukuran kurang lebih 15X10 meter, jangan heran jika ukuran
seluas ini dikarenakan dalam ring ada 6 orang yang bertugas,yaitu dua orang
petarung, dua orang pengendali,1 orang wasit,dan 1 tua adat yang akan
mengendalikan suasana. Pengendali bertugas memegang sarung pinggang petinju,dan
sipa mengendalikan pergerakan petinjunya. Petinju hanya dapat menggunakan 1
tangan untuk memukul lawannya, sedangkan tangan satunya digunakan sebagai
penangkis. Sarung tinju tidak berupa lazimnya sarung tinju yang sering kita
lihat, tapi berupa lilitan ijuk yang di bentuk menjadi sebuah bongkahan sebesar
genggaman orang dewasa. Benda ini disebut keppo yang akan digunakan untuk
memukul, masyrakat setempat mempercayai jika ada petinju yang beradarah
menandakan hasil panennya bakal melimpah, darah tersebt adalah persembahan
kepada leluhur mereka. Ritual ini biasanya diselenggarakan setiap bulan juli
dan oktober.
6.
Tradisi
Berburu Ikan Paus
Menghujam Jantung Ikan Paus di Lamalera, Pulau Lembata Menceritakan tentang aksi sekelompok nelayan dalam penangkapan ikan paus dengan metode tradisional atau teknik zaman batu. Inilah garis penghidupan mereka belum berubah sejak beratus-ratus tahun silam dan belum tersentuh teknologi. Desa Lamalera yang bersuku Lamaholot dibina di antara bukit batu dan cadas Kabupaten Pulau Lembata yang menganga ke Laut Sawu di hadapannya. Seorang lamafa, juru tikam yang memimpin kawanan matros atau pendayung, siap memberi aba-aba meluncurkan peledang, perahu penangkap paus yang khusus dibuat. Para nelayan dan turis menunggu seseorang menyerukan Baleo! Baleo! Itulah pertanda ikan paus muncul di permukaan di antara bulan-bulan penangkapan, yaitu Mei dan Oktober.
Pulau Flores dikelilingi pantai berpasir putih,
bahkan adayang pasir pantainya berwarna pink. Di bawah lautnya Anda akan
menemukan kehidupan bawah air paling eksotik di dunia. Menyelaminya akan
membawa Anda bertemu mantaray besar, lumba-lumba dan ikan duyung. Untuk waktu
tertentu paus dapat dilihat saat bermigrasi melalui pantai timur Flores.
Pulau Flores tidak tersentuh selama berabad-abad,
dahulu dihuni manusia dan hewan prasejarah dimana yang kini meninggalkan jejak
memfosil. Belakangan, Flores telah menjadi pusat perhatian dunia dengan
ditemukannya hobbit flores atau Homo floresiensis, yaitu spesies
manusia prasejarah yang ditemukan di Gua Liang Bua.
Nah, apabila itu belum cukup
maka Anda dapat menerobos belantara pepohonan untuk melihat berbagai Wisata dan Budaya
Flores dan curamnya bukit untuk melihat langsung kehidupan masyarakat adat dari
zaman batu. Ya, desa tradisional di Flores akan terus bertahan dari gerusan
zaman yang dapat mencerabutkan nilai-nilai nenek moyang. Di sini dibina
kearifan lokal dari rumah adat, cara menenun, meramu makanan, hingga sistem
adat kekeluargaan yang amat di junjung tinggi. Itu semua diikat atas dasar
kesamaan tempat tinggal atau kampung.